Hal yang membedakan pemilihan Raja dalam tradisi Kerajaan Kerajaan-kerajaan Melayu lainnya adalah Bahwa Raja tidak hanya dipilih atas garis keturunan anak jantan turun jantan, namun ditunjuk sesuai dengan keinginan Raja yang berkuasa dan musyawarah dengan keluarga besar Kerajaan serta syarat-syarat yang sudah ditentukan.
Apakah budaya ini diwarisi dari Kerajaan pendahulu nya baik Kerajaan Sribuddha, Swarnabhumi, dan Dharmasraya / Malayupura ?
Dari tulisan diatas kita perhatikan ada terlihat kesamaan dan perbedaan pamakaian Adat dan kebiasaan dalam Penetapan dan Penegasan penunjukan Raja antara Jambi, Dharmasraya dan Pagaruyung. Fenomenal ini merupakan kejadiaan dan peristiwa yg disesuaikan dengan adat dan pamakaian kaum setempat yang telah dimaklumati Raja yang berkuasa.
Dharmasraya, Sitiung maupun Malayupura merupakan suatu tatanan Adat Lamo Pusako Usang yang turun temurun diwarisi oleh Anak cucu Keponakan terlebih yang mewarisi hal tersebut adalah keluarga Raja Sitiung atau Malayupura. Baghi nan Batarimo, Khalipah nan Batampuang terus terjaga hingga hari ini. Idak Lokang dek Paneh dan Idak Lapuok dek Ujan kebiasaan, kebudayaan, Kultur serta Adat yang mengatur seluruh Tatanan Silsilah Kerajaan dan pamakaian dirantau Batanghari ini.
Bila kita lihat dari perjalanan waktu dari masa kemasa di Tanah Emas ini (Sitiung) silsilah dari Kerajaan pendahulu masih terjaga hingga pada suatu ketika Raja pewaris Trah Sejati mulai hampa hingga pada saat wafatnya Raja Tuanku Rajo Hitam dimasa itu. Kaum tidak bisa hidup tanpa Raja. Dalam panantian 7 hari 7 malam mayat Raja masih terbaring mencari pengganti Raja "Raja Mati Raja Ditanam".
Badantuang Lubuok Sitiung
Mahampeh Kabatanghari
Mandanguang Bunyi nyo Oguong
Maimbau Sanak Jauh datang Kumbali
Pada akhirnya kaum sakato Adat dalam lingkungan paghik Sitiung atau Malayupura. Selama 7 hari 7 malam Rakyat berduka hingga semua kesibukan masing-masing ditinggalkan, bunyian Canang dan Oguong serta suara lantunan tak berirama mengatakan "Rajo Mati Rajo Ditanam". Suasana yg mengecam seperti Kota mati yg tak lagi berwarna. Dalam suasana duka "Nan dokek lah tibo nan jauah lah ampie", sakato Adat sarato Kaum dapatlah pengganti Trah Kerajaan Sitiung Malayupura yaitu Raja Tumangguang. Prosesi akhir Raja di lanjutkan hingga selesai.
Duka berkabut seperti perang Usai di Medan perang. Maklumatpun dihamburkan pada Rakyat sarato kaum baik yang dekat maupun yang jauh. Toluok Labuhan Kapa, Bukik Tumpuan Kabuik Raja Tumangguang menjadi Tumpuan oleh Rakyat dan kaum.
Prosesi yang perfect dalam penyelenggaraan Adat di Sitiung Malayupura ini hingga tak terasa air mata kami menguras di pipi yg berekspresi suram saat cerita ini disampaikan kepada kami Tim penyusunan sejarah Sitiung Malayupura ini. Tatanan sudah diatur dalam adat kita, hingga menjadi sebuah pembelajaran hari ini sungguh peradaban sejarah Sitiung Malayupura begitu Besar dan amat Besar. Semoga kita sadar dengan apa yang kita miliki hingga mampu untuk menghargai Sejarah Peradaban Sitiung Malayupura ini.
Pagaruyuang :
Pada hari Jum'at Tgl 02 Februari 2018 Kaum sarato Alam Minangkabau berkabung atas berpulangnya Raja pagaruyuang. Yang dekat telah tiba yang jauh telah datang, semua berduka hingga kepelosok Nusantara berita Raja Pagaruyuang meninggal mengisi ruang-ruang kebersamaan diantara mereka. Tidak saja Raja Nusantara yang datang, juga Raja Malaysia dari Negeri Sembilan dan Johor. Tidak akan berhentinya orang-orang yang datang baik di tingkat Regional, Nasional hingga Internasional.
Prosesi Pemakaman secara Adat dan pamakaian Alam Minangkabau terlaksana dengan hikmat, dalam waktu yang ditentukan Raja dipegang oleh Bagindo Puti Pagaruyung yang merupakan pemegang Syah sementara sampai ditunjuknya Raja baru pengganti melalui kerapatan Kerajaan Pagaruyung. Banyak yang terlibat dalam prosesi penunjukan Raja pengganti Raja Pagaruyung ini, seluruh Sondi Padek dan Kopak Ambaiyan salingkah alam Minangkabau ini.
Para Sutan Trah Sejati pagaruyuang akan hadir dari berbagai Tempat dalam persaksian penunjukan ini. Harapan kita semua berjalan dengan hikmat tanpa terkendala apapun, Amin Allahumma Amin.
Sitiung Malayupura dan Pagaruyuang
Terlihat perbedaan antara Sitiung Malayupura dengan Pagaruyuang, dimana dalam prosesi Adat untuk kepengurusan Raja meninggal. Dalam dua pandangan ini terlihat sebuah perbedaan yaitu :
1. Sitiung Malayupura Mencari Pengganti Raja Sebelum mayat Raja di Semayamkan, dengan waktu yg tidak ada batasnya
2. Pagaruyung hari ini Gelar atau Raja dipegang oleh Tuan Puti atau Bagindo Puti, prosesi Pemakaman di lanjutkan.
Melihat dari dua sisi ini merupakan referensi yang bisa menjadi acuan bagi kita bersama. Semoga kita selalu sakato dalam bentuk apapun demi kebaikan peradaban Sejarah Alam Minangkabau ini.
Note:
Ini adalah Oguong yang memberikan sebuah tanda pemberithuan dan himbauan kepada kaum sarato Rakyat Raja
Note:
Dalam lingkaran Raja, terdapat secara berurutan yuvaraja (putra mahkota) , pratiyuvaraja (putra mahkota kedua), dan rajakumara (pewaris berikutnya) .
Foto : Pangeran Singkat Lengan gelar Sultan Ahmad Nazaruddin, Sultan Jambi 1858-1881
Prosesi Pemakaman Raja pagaruyuang Jumat, 02 Februari 2018 di Pemakaman Raja
Kaduik Pamakaian Pembesar Kerajaan
Komentar
Posting Komentar