Langsung ke konten utama

Sitiung Rajo Ulayat (Rajo Alam)

Sitiung terbilang kampuang lamo di daerah Rantau Batanghari, dari sejarah juga di akui bahwa Sitiung memiliki peradaban pada masa Malayupura. Tidak heran, bila Sitiung adalah suatu kampung Tua dimana perlintasan manusia ketika itu menggunakan transportasi air. Selat Malaka merupakan Gerbang masuk ke daerah pedalaman Batanghari tersebut. Beberapa alasan Mengapa orang-orang berpengaruh terdahulu ingin membangun peradaban di pedalaman Batanghari ini? Alasan nya sangat jelas sekali, disebabkan untuk menjaga ke amanan jauh lebih mudah di bandingkan membangun peradaban di daerah pesisir yang mudah di serang oleh Kerajaan dunia lain nya yang lalu lakang di sepanjang pesisir selat malaka.

Nama Sitiung terus ada dan selalu ada dalam Era apapun. Sosok nama yang unik memberikan kesan Sejarah yang begitu panjang dan berharga. Banyak peninggalan bersejarah yang masih terjaga hingga hari ini, di antara nya Candi Oco, Kolam Pamandian bukak Tutuik Rajo, Kancah tajoghang, Batu Mayik, Awang Tinggau Takuluak, Kubangan Kobau Rajo, Pamanahan Rajo dan banyak yang lainnya.


Sitiung juga di kenal dengan kampung Adat, walaupun di Sitiung di gelar dengan Rajo Ulayat / Rajo Alam namun Adat menjadi tumpuan dalam kehidupan se hari-hari. Sistem Pelaksanaan ke hidupan se hari-hari masih kental bertajuk pada Adat lamo Pisako Usang. Artinya nilai2 Adat di Sitiung "Idak Lokang dek Paneh dan dak Lapuok Dek Ujan". Semboyan uni bukan sekedar bahasa yang memperindah kosakata dari kalimat masyarakat Sitiung, tapi terealisasi dalam kehidupan ba Nagari. Sistem Adat kampuang Sitiung memakai sistem Adat Koto Piliang, sikap yang bijaksana dan terlihat keras namun sebenarnya keras di atas kebenaran.

Baghi tidak akan pernah Lipu dari waktu ke waktu, sistem turun temurun Halipah akan di tuangkan kepada Cucu Keponakan pada masing-masing suku yang ada di Kampuang Tua Sitiung ini. Dari generasi ke generasi tidak akan pernah terputus sejarah secara hubungan badunsanak, Ulayat dan asal usul semua yang ada di Kampuang Sitiung.

Bila berbicara tentang Minangkabau disini akan terhimpun beberapa suku, di Sitiung ada Empat Suku yaitu : Suku Tigo Nini, Suku Malayu, Suku Piliang dan Suku Mandiliang. 4 Suku ini memiliki Pimpinan masing-masing atau Pangulu. Disini kita berbicara secara garis besar, namun kami akan melanjutkan tulisan ini secara detil hingga terpacunya sebuah catatan ini menjadi referensi yang terus ada.

Bila berbicara tentang Sitiung sangat lah panjang penjabarannya, setiap kata akan melibatkan waktu yang relatif panjang. Banyak fase-fase yang Di lalui, hingga hari ini. Contoh saja, kenapa Bapak Soeharto menamakan Transmigrasi ini dengan anak Sitiung, ada Sitiung 1 sampai Sitiung V. Dari latar belakang Sejarah yang tertulis di dunia Sitiung terbilang Rajo Ulayat atau Rajo Alam yang memiliki Ulayat yang sangat luas.

Bersambung...

Komentar

Sosial

Momen Pembalap di Tikungan Pasar Sitiung TDS 2017

Tour de Singkarak Senen, 20 November 2017 melewati Lintasan Kecamatan Sitiung. Tepat simpang IV Sikabau belok kiri merupakan jalur yang di pilih oleh Pemerintahan dan panitia. Tour de Singkarak Tahun ini yang melewati Jalur Lintas Sitiung yang di rencanakan 103 Pembalap dari 29 Negara. Perhelatan Tour de Singkarak sudah menjadi program rutin setiap Tahunnya di Kabupaten Dharmasraya dan melalui Lintas Kecamatan Sitiung. Setiap tahun terlihat peningkatan persiapan panitia dalam penyelenggaraan Tour de Singakarak. Pada Tahun ini terlihat penambahan dari program tersebut yaitu hiburan di Podium Juara yang di hibur oleh Artis Jakarta dan pengiring Super Dangdut yang sesuai dengan selera masyarakat umum Dharmasraya. Kesiapan panitia penyelenggara dan segenap Pemerintahan Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten Dharmasraya telah memaksimalkan kinerja untuk memenuhi kebutuhan dan persiapan Tour de Singkarak tahun 2017 ini. Secara Teknis semua telah di lakukan, namun terlihat beberapa kekuran

Sejarah Singkat Kampung Sitiung (Setelah 6 Bulan Saya Mencoba Mengorek-ngorek Berbagai Sumber dan Berita)

Sitiung Periode Awal Sitiung adalah kampung tua. Itu sebuah fakta yang tak bisa dipungkiri. Jika ketuaannya tak diketahui khalayak banyak, maka itu karena minimnya kesadaran masyarakat Sitiung sendiri dalam mengkaji sejarahnya sendiri. Nama Sitiung dalam logat lokal dieja Satiwuang yang terdiri 2 kata, yaitu Sati yang berarti ‘sakti’ dan Gawuang yang berarti lobang. Nama ini merujuk pada sebuah lobang atau terowongan alam bawah tanah (atau bisa juga disebut goa) yang menghubungkan dua tempat yang berada di Sitiung tersebut. Dua tempat tersebut tersebut adalah Toluak yang berada di aliran sungai Batanghari dan Mombiak di sebuah area lahan gambut. Jarak antara keduanya kurang lebih sekitar 1 Kilometer. Lobang ini sendiri bagi masyarakat Sitiung memang tergolong istimewa dan hanya orang-orang yang berilmu tinggi dan sakti yang bisa memasukinya. Itu kenapa asal-muasal nama Sitiung dikaitkan kepada lobang ini. Sebuah lobang sakti. Sitiung tak lepas dari peradaban sungai Ba

Wisata Air Terjun Sitiung

Wisata Alam Air terjun Pisang Rebus Nagari Sitiung Kecamatan Sitiung dapat perhatian dari kalangan masyarakat sekitar dan Umum. Lokasi Air terjun ini berada di pedalaman ladang warga. Akses ke area air terjun memang masih terlambat oleh semak belukar. Beberapa pemuda yang peduli terhadap lingkungan telah memulai memberikan lingkaran tersebut.  Air murni Sumber mata air menghipnotis kita untuk menikmati pandangan ke arah alam sekitar. Indah memang jelas indah hingga hari ini tetap juga di kunjungi walau lokasi nya belum sempurna di bersihkan.  Kita berharap Tempat ini bisa menjadi salahsatu lokasi Wisata Nagari Sitiung, jangakauan yang tidak terlalu jauh Memudahakan kita untuk mengunjungi Wisata yanq satu ini. Lama sudah tidak diperhatikan Tempat ini seakan hilang selama ini, namun seiring kemajuan zaman menyadarkan kita untuk peduli pada Wisata. Mari kita lestarikan alam lingkungan kita apalagi yang memiliki nilai tinggi.  Ayo ooo.... Kunjungi, buat berfoto tepat banget nih